Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Ketika orang tua mempercayakan pendidikan anaknya kepada sebuah lembaga pendidikan, tidak berarti orang tua terbebaskan dari tanggung jawab pendidikan anak. Sekolah, dalam hal ini guru, dengan orang tua seharusnya bekerja sama dalam menjalankan pendidikan untuk anak.
Untuk mewadahi kerjasama orang tua murid dan guru dalam mengawal pendidikan anak, RA Ar Raihan membentuk organsasi Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG). Agar efektif, POMG ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu POMG kelas dan POMG sekolah.
Petang ini (19/02/2015), POMG RA Ar Raihan Kelas B4 menyelenggarakan pertemuan di Ruang Kelas B2 gedung lama RA Ar Raihan. Tema yang dikedepankan dalam kesempatan tersebut adalah "Mempersiapkan Anak Menempuh SD/MI". Oleh karena sudah duduk di kelas B, dalam waktu dekat para siswa akan memasuki jenjang yang lebih tinggi, yaitu SD atau MI. Untuk itu, orang tua diharapkan dapat bersiap lebih dini. Didapuk sebagai narasumber adalah Trianawati Nunung Bintari. Ibu yang sekaligus merupakan koordinator BPH Yayasan Ar Raihan ini memaparkan pengalamannya selama mendidik dan menyekolahkan kedelapan putra-putrinya.
Menurut Bu Nunung, panggilan akrab Trianawati Nunung Bintari, ada dua hal utama yang perlu diperhatikan orang tua dalam menyiapkan pendidikan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah anak. Hal pertama, orang tua hendaknya mulai menyadari bahwa karakteristik pendidikan prasekolah dengan sekolah sangat berbeda. Ketika memasuki SD/MI, seorang anak harus siap dengan sistem disiplin yang sedikit berbeda. Anak harus datang tepat waktu, mengikuti kegiatan sesuai jadwal, hingga mengikuti pelajaran dengan sikap dan posisi tubuh yang tidak sebebas ketika berada di jenjang prasekolah.
Oleh karena sebagian besar siswa RA Ar Raihan akan melanjutkan ke SDIT Ar Raihan, Bu Nunung mengangkat berbagai permasalahan yang ditemuinya di lembaga pendidikan tersebut. Bu Nunung mencontohkan, perihal bangun pagi dan pengantaran anak saja jika tidak dicermati akan menjadi biang masalah bagi anak. Anak yang bangun kesiangan dan disiapkan secara terburu-buru, sampai di sekolah otomatis masih mengantuk dan tidak siap mengikuti pelajaran. Permasalahan juga terjadi ketika anak berangkat kepagian, tidak setiap anak siap ditinggal dengan kondisi sekolah yang masih sepi.
Contoh lainnya, menurut ibu yang di antara anaknya sekolah di Jerman, Rusia, dan Mesir ini, di SDIT Ar Raihan ada fasilitas makan siang. Seorang anak diharuskan bisa menyiapkan dan makan secara mandiri, pendampingan tidak seintensif ketika mereka berada di jenjang prasekolah. Pada beberapa kasus terlihat, sebagian anak tidak makan dengan porsi yang cukup karena tidak cocok dengan menu makanan yang didominasi masakan sayur. Kebijakan sekolah, anak-anak diharuskan lebih mengenal dan terbiasa dengan sayuran mengingat pentingnya peran makanan tersebut bagi pertumbuhan anak. Untuk itu, orang tua diharapkan turut berkontribusi dalam menyadarkan dan mendorong anak agar menjadi lebih mandiri dan menyukai (tidak pilih-pilih) berbagai jenis makanan yang disiapkan.
Hal kedua yang hendaknya dicermati orang tua adalah agar tidak khawatir secara berlebihan atas permasalahan akademis anak. Harapan orang tua agar anaknya meraih nilai dan peringkat tinggi merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, ketika tidak mendapatkan hal itu, orang tua hendaknya tidak perlu khawatir. Masa SD/MI seorang anak belum dapat memanajemen dirinya dengan baik dan bahkan belum dapat mengenali karakteristik belajarnya masing-masing. Hal yang dapat dilakukan orang tua adalah senantiasa mendampingi anak secara maksimal sehingga perkembangan pembelajaran anak selalu terpantau. Ketika terjadi permasalahan, dapat terdeteksi lebih dini.
Orang tua dan guru yang hadir terlihat serius mengikuti penjelasan Bu Nunung. Namun sayang, waktu untuk berdiskusi sangat terbatas. Dwi Hastuti selaku pembawa acara kemudian memandu peserta untuk mengikuti sesi dialog orang tua dan guru. Pada kesempatan itu, Wali Kelas B4, Bu Tri Suwartini dan Bu Tami menyampaikan berbagai kegiatan khusus sekolah yang sudah terlaksana dengan baik, seperti membuat tempe, jumpa tokoh (polisi), hingga kunjungan lapangan. Bu Tri menjelaskan, oleh karena periode lalu sudah bertemu dengan polisi, pada jumpa tokoh periode berikutnya anak-anak diajak untuk mengenal profesi tentara dengan cara berinteraksi langsung dengan anggota TNI berikut peralatan yang dimilikinya.
Sebagai acara penutup, dilakukan diskusi tentang agenda pertemuan POMG selanjutnya, termasuk di antaranya kepengurusan, agenda pertemuan selanjutnya, hingga kunjungan-kunjungan sosial. Pukul 17.30, Dwi Hastuti sebagai pembawa acara pun menutup pertemuan sore itu. [@sabjanbadio]