BANTUL ~ Ada banyak cara mengemas studi wisata siswa. Mengunjungi museum, belanja buku, bermain di alam, hingga membatik di sentra kerajinan batik adalah di antara destinasi yang dapat dikunjungi dalam rangka studi wisata tersebut. Terkait hal ini, Sabtu (14/11) lalu SDIT Ar Raihan memberangkatkan siswanya ke lokasi-lokasi tersebut dalam agenda yang mereka sebut Kunjungan Edukatif.
“Kami memberangkatkan siswa kelas 1 sampai dengan kelas 5,” ujar Muslihah Dewi yang pada kegiatan tersebut didapuk sebagai ketua panitia. “Rombongan pertama terdiri atas siswa kelas 1, mereka diberangkatkan ke Museum Pusat TNI Angkatan Udara, Dirgantara Mandala. Para siswa kami beri kesempatan melihat langsung pesawat-pesawat tempur yang pernah digunakan oleh TNI, termasuk pesawat tempur yang dioperasikan para pahlawan udara Indonesia,” jelas Dewi.
“Sementara itu, rombongan kelas 2 kami kirim ke Agro Mitra Tani, Sleman. Rombongan kelas 3 berangkat ke Benteng Vredeburg dan Taman Pintar. Kelas 4 ke Desa Wisata Giriloyo dan Makam Raja-raja Imogiri. Terakhir, kelas 5 ke Museum Sonobudoyo, Vredeburg, dan Shopping Center,” jelas Dewi.
Masih menurut Dewi, kunjungan siswa kelas 4 ke Desa Wisata Giriloyo dalam rangka belajar membatik. “Di sekolah, mereka sudah belajar membatik, mulai menggambar motif sampai praktik menggunakan canting,” ungkapnya. “Kendati demikian, kami ingin para siswa belajar langsung ke ahlinya di sentra kerajinan batik itu sendiri. Harapan kami, para siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan para pembatik sekaligus memberi kesempatan menggali berbagai informasi yang ingin mereka ketahui,” jelasnya.
“Belajar membatik di Giriloyo lebih mengasyikkan, tempatnya luas dan suasanannya menyenangkan, ujar Yahya Abasrin. Siswa kelas 4 SDIT Ar Raihan itu mengaku selain belajar membatik, dia dan kawan-kawan berksempatan melihat langung pembatik profesional menyelesaikan pekerjaannya.
Tentang banyaknya tujuan yang disasar, Dewi beralasan untuk efektivitas. “Siswa yang ikut kali ini 420 orang. Jumlah tersebut hampir sama dengan kunjungan-kunjungan pada tahun-tahun sebelumnya. Akan tidak efektif kalau hanya diarahkan ke satu objek. Selain itu, karakteristik siswa tiap jenjang berbeda dan penanganannya pun spesifik. Oleh karena itu, kami membaginya per kelas dengan tujuan masing-masing.”
Penjelasan tersebut diamini oleh Triadmoko. Kepala SDIT Ar Raihan itu menyampaikan bahwa kunjungan edukatif dilakukan tahunan, para siswa ditargetkan mendatangi objek berbeda pada setiap kunjungan. “Tiap tahun kami selalu mengevaluasi destinasi tujuan. Kami sesuaikan dengan orientasi pembelajaran. Hanya saja, khusus kelas 2 dan kelas 4, selalu difokuskan ke Agro Mitra Tani dan Desa Wisata Giriloyo.”
Dari kunjungan itu, Triadmoko berharap siswanya lebih mengenal lingkungan, mengenal alam, sosial budaya, mengenal sejarah, dan tidak ketinggalan mengenal modernisasi. Oleh karena itu, kami juga menyasar Sopping Center,” jelas Triadmoko. Menurutnya, Sopping Center bukan hanya milik mahasiswa, para siswa juga harus sudah mengenal dan akrab dengan buku dan toko buku. Triadmoko meyakini, buku-buku tersebut merupakan alternatif cara para siswa melihat dunia dan perkembangannya.
Sebelum berangkat ke lokasi kunjungan, peserta dikumpulkan di Kompleks Ar Raihan Sumberbatikan. Tepat 07.30 mereka diberangkatkan dengan 15 bus dan didampingi wali kelas masing-masing. Kunjungan itu diakhiri pukul 12.00 WIB. Pukul 12.30 para siswa kembali ke sekolah dengan berbagai pengetahuan baru yang didapat selama perjalanan. [sb/arraihan.org]