YOGYAKARTA ~ Kemampuan dan budaya meneliti merupakan tuntutan atas setiap guru. Hal itu disampaikan Bambang Susilo pada penutupan Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Ma'arif DIY-Kemdikbud RI, Minggu (4/10). Diklat yang dilangsungkan di University Hotel Yogyakarta itu digelar Sabtu-Senin (3-5/10) dengan melibatkan 100 peserta dari 5 provinsi di Pulau Jawa. Pertemuan tersebut merupakan sesi pelaporan setelah para guru melakukan penelitian selama sebulan penuh.
Pada kesempatan itu pula, Dr. Sutopo menyampaikan apresiasinya atas kinerja peserta. "Saya rasa, capaian peserta luar biasa. Dengan tenggat hanya satu bulan, mereka telah bisa menghasilkan laporan penelitian," tutur Sutopo yang menjabat sebagai ketua panitia. Atas capaian itu, panitia pun memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada 4 peserta terbaik. "Kami telah memberi penghargaan kepada peserta Maulana Yusuf (SMP 5 Ciamis), Siti Lestyaningsih (SMP Maarif Kalibawang), Himmatun Ni’mah (SMP NU Banjar), dan Eka Purwanto (SMP Maarif 4 Kwaron, Kebumen) yang masing-masing menjadi peserta terbaik pertama, kedua, ketiga, dan keempat," urainya.
Secara terpisah, Prof. Dr. Sugiyono menyampaikan bahwa di antara ciri guru profesional adalah memiliki budaya meneliti. "Di negara-negara maju, aktivitas meneliti dibudayakan," ungkap Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta yang hadir sebagai pembicara utama bersama Dr. Hardiyanto dalam acara tersebut. Oleh karena itu, tokoh Ma'arif NU tersebut meminta para peserta pelatihan untuk menjadi pionir di daerahnya masing-masing. "Para guru diharapkan tidak hanya mendapatkan ilmu untuk dirinya sendiri, melainkan juga menularkan ilmu yang didapatnya kepada guru-guru lain di lingkungannya,” ungkap Sugiyono.
Selain menghadirkan Prof. Sugiyono dan Hadrdiyanto, panitia juga menghadirkan narasumber Dr. Tadkiroatun Musfiroh, Dr. Sutopo, Apri Nuryanto, M.T., Lia Yuliana, M.Pd., dan Yossi. Para narasumber yang sekaligus menjadi pembimbing tersebut dibantu oleh Bambang Susilo dan Atik Sunaryati. [maarifdiy.com]