10/04/2015

Maulana Yusuf, peneliti terbaik Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Ma'arif DIY-Kemdikbud RI


Yogyakarta ~ Penggunaan handphone oleh pelajar di sekolah hingga saat ini masih kontroversial. Umumnya pihak sekolah melarang penggunaan alat komunikasi tersebut oleh siswa di lingkungannya. Ternyata tidak demikian dengan SMP Negeri 5 Ciamis, kepala sekolah memutuskan mengizinkan siswa membawa handphone. Terpantik oleh keputusan kontroversial itu, Maulana Yusuf pun meneliti pemanfaatan handphone dalam pembelajaran di kelas.

Berbuah manis, ide tersebut berhasil menarik perhatian dewan juri yang diketuai Dr. Tadkiroatun Musfiroh. Maulana Yusuf pun didapuk sebagai peneliti terbaik peserta pelatihan penulisan karya ilmiah guru SMP yang diselenggarakan oleh LP Ma’arif DIY-Direktorat PSMP Kemdikbud RI di University Hotel (3-5/10). Maulana Yusuf berhasil mengungguli Siti Lestyaningsih (SMP Maarif Kalibawang), Himmatun Ni’mah (SMP NU Banjar), dan Eka Purwanto (SMP Maarif 4 Kwaron, Kebumen) yang masing-masing menempati urutan kedua, ketiga, dan keempat.

Dalam presentasinya, Maulana Yusuf menguraikan, dirinya merasa resah melihat rendahnya motivasi dan respons siswa terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Sementara itu, siswa begitu bersemangat menggunakan handphone untuk kegiatan di luar aktivitas belajar-mengajar. Atas fenomena itu, Maulana Yusuf pun menggagas penelitian pemanfaatan handphone dalam pembelajaran PKn, sesuai mata pelajaran yang diampunya.

“Sekolah sudah memutuskan membolehkan siswa membawa handphone. Daripada siswa menggunakannya untuk kegiatan negatif, sekalian saja saya eksplorasi dan teliti pemanfaatannya pada mata pelajaran PKn,” jelas Maulana yang sama sekali tidak menduga akan menjadi juara. Dari peneltian itu, Maulana Yusuf membuktikan terjadi peningkatan atas respons siswa, motivasi belajar, hingga hasil belajar.

Dikonfirmasi pascapengumuman, Dr. Tadkiroatun Musfiroh mengungkapkan bahwa ide Maulana Yusuf luar biasa. Guru PKn SMP Negeri 5 Ciamis tersebut telah mengangkat penggunaan teknologi yang dirasa mengganggu menjadi bermanfaat dalam kegiatan belajar-mengajar. Maulana Yusuf pun mendapat nilai tertinggi, 1510. Sementara itu, pemenang lain, secara berurutan mendaptakan nilai 1445, 1355, dan 1290. Keempatnya merupakan nomine dari 100 peserta pelatihan yang berasal dari 5 provinsi di Pulau Jawa. [maarifdiy.com]

Kontributor Abasrin.com