Imogiri—Berbagai persoalan terjadi di lembaga pendidikan NU, di antaranya kompetensi guru, fasilitas, branding, dan persaingan dengan lembaga sejenis. Untuk itu, sekolah perlu mengambil tindakan untuk mengatasinya.
Demikian disampaikan H. Yasmuri, S.Pd., M.Pd.I. pada sarasehan “Revitalisasi Lembaga Pendidikan NU di Imogiri”, Sabtu (17/1). Disampaikan pula, bahwa kesadaran warga Nahdliyin itu sendiri penting untuk ditumbuhkan.
Selanjutnya, anggota FPKB DPRD Bantul itu mengungkapkan, untuk membangun kesadaran, sekolah dan madrasah perlu bersinergi dengan warga Nahdliyin. Dengan bersinergi, harapannya warga Nahdliyin dapat memberikan dukungan secara langsung, misalnya finansial. Sementara itu, secara struktural NU, dalam hal ini MWCNU Imogiri, perlu membangun kemitraan strategis dengan pihak eksternal.
Sarasehan yang diinisiasi oleh LP Ma’arif NU Imogiri itu melibatkan 60 peserta. Hadir pada kesempatan tersebut pengurus MWC NU berserta badan otonom, kepala sekolah/madrasah NU beserta komite dan GTK, dukuh, hingga alumni. Bertindak moderator Sabjan Badio, kepala SMP Ma’arif Imogiri.
Dalam sambutannya, Ketua MWC NU Imogiri, Drs. H. Dalhari, M.S.I., menyampaikan bahwa lembaga pendidikan bisa memanfaatkan forum rutin MWC. Di antara kegiatan yang bisa diakses untuk mempromosikan sekolah atau madrasah adalah kegiatan pengajian dan sholawat.
Pada kesempatan itu juga muncul beberapa usulan dari peserta, di antaranya lembaga pendidikan perlu:
- meningkatkan kerja sama dengan pondok pesantren,
- meningkatkan promosi melalui medsos dan pengajian,
- boarding school,
- membuka akses dengan pemangku kebijakan,
- bekerja sama dengan takmir masjid dan mushola,
- meningkatkan peran ranting NU,
- meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Qur’an,
- mengundang para kyai untuk mujahadah penerimaan siswa baru, dan
- yang tidak kalah penting adalah agar warga NU menyekolahkan putra-putrinya di sekolah NU/Ma’arif.